- Cerpen: Sampai Tutup Usiaku ~ Grego blogger
Trima Kasih Atas Kunjungan Anda Ke Blog Saya dan jangan lupa commentnya ya!!!

Friday, November 25, 2011

Cerpen: Sampai Tutup Usiaku

Sebuah mawar merah di tengah kebun mawar yang sedang bermekaran, begitu pula dengan hati Dyra, seorang siswi Sekolah Menengah Atas Swasta Ternama di Lampung kelas XII ini. Hati Dyra tengah berbunga-bunga karena hadirnya seorang lelaki di sisi Dyra saat ini. Gredy, seorang mahasiswa fakultas teknik sipil di Universitas Swasta Ternama Yogyakarta. Berprestasi baik, cerdas dan humoris telah mencuri hati Dyra. Baru saja mereka menjalin sebuah hubungan yang serius. Hingga pada suatu hari terjadi insiden kecil, Dyra pingsan terkulai lemah di sekolah. Awalnya mereka mengira kejadian ini hanya pingsan semata, tetapi Dyra merasakan hal yang aneh terus terjadi pada dirinya. Dan entah mengapa sore itu, Kamis, 22 September 2011 terjadi pertengkaran kecil antara Gredy dan Dyra melalui handphone (maaf aja mereka long distance :D).
Sakit lagi ya?” ucap Gredy kepada Dyra dengan nada agak kesal.
Cuma pingsan, gak kenapa-kenapa kok! Lagian kan udah biasa, kenapa heran gitu si?” balas Dyra dengan ketus.
Loh-loh? Ya gak boleh disepelein gitu lah! Besok periksa ke dokter ya? Kudu dan wajib!” ujar Gredy.
Dyra menjawab, “Gak mau janji lah akunya beb!” ketus Dyra.
Kenapa?” tanya Gredy.
Males aja, udah ya mau belajar dulu!” ucap Dyra dengan segera mematikan telefon dari Gredy.


••Tut...tut...tut....••
Drrr...drrr...drrr.... Handphone Dyra berdering tanda ada sms masuk, dan ternyata datang dari Gredy, dengan agak malas Dyra mengambil handphonenya tersebut.

♥ “Sebenernya kamu kenapa sayang? Hari ini aneh banget, marah ya? Maaf ya sayang . Yaudah kalok ntar udah gak marah hubungin aku ya sayang. Salam sayang selalu .” ♥
Ya begitulah bunyi sms dari Gredy untuk Dyra, tetapi Dyra sama sekali tidak berniat untuk membalasnya. Sementara itu Dyra masih bingung akan perkembangan kesehatan tubuhnya, semakin lama semakin aneh, Dyra sering merasa cepat lelah, kepala sering sakit, hidungnya sering sekali mengeluarkan darah (mimisan). Terfikir dalam benak Dyra untuk memeriksakan diri ke dokter seperti yang dikatakan oleh Gredy, akan tetapi Dyra masih ragu untuk melakukan hal tersebut. Tanpa disadari mama Dyra yang bernama Catarina itu datang dan telah lama berdiri di depan pintu kamar Dyra.
Kenapa? Kok kusut mukanya, kaya udah punya keluarga, banyak tagihan kaya mama aja?” tanya mama Dyra dengan nada menggoda anak ke2nya itu dari 3 bersaudara.
Gak kenapa-kenapa kok ma, Cuma lagi capek aja, banyak tugas pula.” jawab Dyra.
Gak dikerjain apa?” mama Dyra kembali bertanya.
Lagi males tau, Dyra mau tidur aja lah ma, mama keluar sana, sana-sana!” balas Dyra sambil mengusir mamanya.
Sementara mama Dyra keluar, Dyra tetap memikirkan tentang kondisi kesehatannya. Dan akhirnya Dyra memutuskan untuk tes kesehatan lusa, dan Dyra juga memutuskan akan tes kesehatan di RS Abdoel Moeloek di Bandar Lampung karena jika hanya di daerah tempat Dyra tinggal takut akan ada orang yang mengetahuinya.

••lusa••

Pagi, Jum’at 23 September 2011. Handphone Dyra berdering tanda sms masuk, Gredy kembali mengirim pesan singkat kepada Dyra.
♥ “Jangan lupa sarapan ya sayang, jangan terlalu kecapean, aku sayang kamu!” ♥
Dyra hanya membalas singkat,
♥ “Ya beb juga ya. Jangan ganggu aku hari ini.” ♥
Drrr...drrr...drrr.... (sms dari Gredy)
♥ “Kenapa?” ♥
Balasan Dyra,
♥ “Gakpapa, Cuma lagi pengen sendiri.” ♥
Drrr...drrr...drrr.... (balasan dari Gredy)
♥ “Oke! I do for you honey! call me if you need me, bye. I love you now and forever .” ♥
Dyra tidak membalas, Dyra hanya berfokus pada kondisi kesehatannya. Pagi itu juga Dyra bolos untuk sekolah, sekitar pukul 08.00 WIB, Dyra berangkat untuk memeriksakan kesehatannya tanpa sepengetahuan siapapun (kecuali staff RS yaaa :p), termasuk orangtua Dyra. Semua tak berlangsung lama, Dyra hanya butuh menunggu beberapa jam sampai hasilnya selesai di proses, ya maklum saja, RS Abdoel Moeloek ini termasuk RS terbaik di Lampung dan nomor 2 di Indonesia setelah RSCM (RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta). Setelah menunggu keluar lah hasil tes kesehatan Dyra dengan harapan semua akan baik-baik saja. Dyra segera bergegas pulang karena ia akan membuka amplop hasil tes di kamarnya. Sesampainya di kamar, dengan rasa penasaran dan was-was yang besar Dyra membuka amplop hasil tes yang telah diberikan oleh perawat saat di RS. Betapa sangat kecewanya Dyra ketika mengetahui bahwa dirinya terkena kanker otak stadium 2. Seketika saja Dyra menangis tersedu-sedu, Dyra sangat tidak menyangka hal ini akan terjadi, akan tetapi Dyra sadar bahwa memang hal ini yang harus ia lewati dalam hidupnya.
Semua berjalan dengan seimbang, tahun terus berganti tahun, Dyra tetap milik Gredy, hanya yang membedakan saat ini Dyra sudah duduk di bangku kuliah bersama dengan Gredy dan Dyra mengambil fakultas bioteknologi sedangkan Gredy mengambil teknik sipil. Penyakit Dyra juga masih tersimpan rapi, tak ada yang mengetahuinya, bahkan sampai saatnya sudah 5 tahun berlalu, Gredy masih milik Dyra. Saat Gredy sudah lulus kuliah dengan predikat sangat baik dan bekerja dengan salah satu pamannya, begitu juga di tahun berikutnya menyusul Dyra yang lulus dengan predikat terbaik meski Dyra harus menjalaninya seiring rapuh badannya yang telah digrogoti sel kanker. Dyra bekerja di bidang energi alternatif dan obat dan mereka sama-sama bekerja di Yogyakarta . Dyra tetap bertahan, tetap semangat. Hingga pada suatu sore, “Yangs, mau ketemu gak?” ucap Gredy saat menelefon Dyra.
Kapan beb?” jawab Dyra.
Setengah 4 di taman kompleks gimana?” tanya Gredy.
Oke beb, gak akan telat deh!” jawab Dyra.
Sudah pukul 15.49 WIB Dyra belum juga datang, padahal Gredy sudah lama menunggu kedatangan kekasih tercintanya itu.
Hey!” tiba-tiba ada yang menepuk pundak Gredy yang sedang asyik melamun, dan ternyata itu adalah Dyra.
Katanya gak mau telat?” tanya Gredy dengan muka memperlihatkan muka cemberutnya kepada Dyra.
Maaf, maaf banget beb!” jawab Dyra dengan jurus muka manjanya.
Kebiasaan nih ya, jangan gitu lah mukanya aku kan jadi terlena si sayang.” Ucap Gredy.
Jadi dimaafin kan beb?”
Ya pasti lah, masa sama calon istri gak maafin sih.” Jawab Gredy.
Setelah percakapan singkat itu, mereka memutuskan untuk makan bersama di tempat favorit mereka, di sebuah cafe bergaya tradisional yang terkesan elegan dan sangat menarik. Mereka sama-sama memesan ayam rica-rica yang pedasnya bukan main. Padahal Dyra sama sekali tidak menyukai makanan yang berala pedas tapi apa dikata jika tantangan datang dari Gredy untuk Dyra bahwa Dyra harus memakan makanan tersebut jadilah Dyra melahapnya. Saat mereka sudah selesai makan dan Dyra sudah bercucuran keringat, Gredy mengambilkan minuman untuk Dyra dan mulai berkata.
Sayang, kita kan udah sekitar 4 taunnan ni pacaran terus 3 taunnan tunangan, aku maunya sayang jadi milik aku selamanya.” Gredy memegang erat tangan Dyra, Dyra diam tak berkutik bingung harus melakukan apa setelah ini, bukan Dyra tidak ingin menikah dengan Gredy tetapi Dyra memikirkan penyakit yang dideritanya yang sampai saat itu belum juga sembuh. “Sorry aku gak bisa.” Dyra melepaskan genggaman tangan Gredy dan segera melangkah pergi meninggalkan Gredy sendiri yang masih bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya. Beberapa jam setelahnya, Gredy terus menghubungi nomor handphone Dyra, tetapi tidak ada jawaban bahkan lebih sering tidak diaktifkan selama beberapa hari. Gredy juga menghubungi keluarga Dyra yang berada di Yogyakarta sampai orangtua Dyra yang berada di Lampung tapi tetap tak ada jawaban pasti dari mereka. Gredy pun hampir setiap hari mengunjungi rumah Dyra yang ada di Yogyakarta. Dyra selalu menolak untuk bertemu dengan Gredy, Dyra bahkan sangat menghindari Gredy.
Menunggu beberapa hari tanpa disengaja Gredy berpapasan dengan Dyra saat mereka sama-sama tengah berada di kasir sebuah supermarket, Dyra sangat kaget dan berlari tetapi tangannya sudah terlanjur dipegang oleh Gredy, namun Dyra tetap mengelak dan dengan segera keluar dari supermarket dan...seorang paruh baya berteriak dengan lantang. “Tolong! Tolong! Tolong! Ada yang tertabrak, ada korban tabrak lari tolong!”. Dengan sigap Gredy keluar dan mendapati Dyra sudah bersimbah darah. Gredy segera membawa Dyra ke rumah sakit terdekat, Gredy segera memberitahukan semua kejadian itu kepada keluarga Dyra, dan tanpa berfikir lama orangtua Dyra segera datang dengan menaiki pesawat terbang. Hanya butuh beberapa jam orangtua Dyra sudah sampai di rumah sakit. Lama mereka menunggu dokter keluar dari ruang pemeriksaan ICU, akhirnya dokter segera keluar dari ruang pemeriksaan.
Ucapnya, “Apakah kalian keluarga dari nona Dyra?”
Jawab Gredy sambil mengenalkan orangtua Dyra, “Ya dok, saya tunangannya dan ini adalah orangtuanya”.
Mari perwakilan ikut saya ke ruang dokter untuk membicarakan keadaan nona Dyra saat ini.” Ucap dokter sambil mempersilahkan mereka untuk mengikutinya. Dan papa Dyra dan Gredy yang menuju ruangan dokter.

••beberapa saat kemudian••

Mari silahkan duduk.” Kata dokter mempersilahkan Gredy dan papa Gredy untuk duduk.
Bagaimana dok anak saya?” tanya papa Dyra.
Apakah sudah lama nona Dyra ini mengidap penyakit kanker otak?” tanya dokter yang bernama Richad itu.
Kanker otak? Saya tidak mengetahui Dyra mempunyai penyakit itu, kamu tau tentang penyakit ini Dy?” jawab papa Dyra sambil bertanya kepada Gredy.
Gak om, Gredy gak tau, gak tau sama sekali. Dyra gak pernah cerita om!” jawab Gredy dengan nada kaget.
Kira-kira sudah berapa lama penyakit itu bersarang di tubuh anak saya dok?” tanya papa Dyra kepada sang dokter.
Sepertinya sudah sangat lama pak. Apakah bapak benar-benar tidak mengetahuinya?” tanya dokter.
Tidak dok, tidak sama sekali.” Jawab papa Dyra.
Tiba-tiba suasana hening sejenak hanya terdengar suara tangis antara Gredy dan papa Dyra.
Melihat kondisi nona Dyra yang seperti ini sangat sulit baginya untuk bertahan, mungkin hanya sekitar 20% kesempatannya.” Ujar dokter lirih.
Jangan asal ngomong deh lo dok! Hidup Dyra masih lama, lo pikir dia kecelakaan dia gak bisa sembuh gitu? Kalok itu yang ada dipikiran dokter, dokter salah besar!” teriak Gredy sambil menahan emosi dan tangisannya.
Cukup Dy, om juga gak akan nyangka semua kaya gini.” Ucap papa Dyra seakan siap menghadapi semuanya.
Kami tim dokter akan tetap mengupayakan, tapi kami tidak bisa berjanji. Maafkan kami karena kanker otak yang diderita nona Dyra sudah sangat berbahaya dan harapan untuk sembuh sangatlah kecil.” Dokter kembali berucap.
Baiklah dok, berikan yang terbaik untuk anak saya dok.” Jawab papa Dyra.
Dengan perasaan terpaksa mereka menerima semua yang terjadi, mereka merasa sangat bersalah karena sampai tidak mengetahui penyakit yang diderita Dyra, tapi apalah daya tak ada yang bisa mereka lakukan. 2 minggu sudah Dyra koma, terkulai lemas tak berdaya. Gredy tak pernah meninggalkan Dyra, bahkan dia sampai mengajukan surat pengunduran diri atas pekerjaannya demi niatnya untuk tetap setia menjaga Dyra. Sungguh miris dan menyedihkan, bahkan mama Dyra belum bisa menerima keadaan yang terjadi. Menunggu, menunggu dan menunggu. Pada malam ke14 hari Dyra koma ternyata Dyra sadar tanpa sepengetahuan keluarga dan Gredy, saat itu papa, mama, dan Gredy sedang terlelap tidur dengan nyenyak. Diam-diam Gredy mengambil kertas dan pena lalu menulis surat untuk mereka semua, surat itu berbunyi.
Dear semua orang yang sayang Dyra,
Buat papa mama, jangan sedih atas semua yang terjadi pa, ma, Dy tau gimana papa mama gak rela liat Dy koma kaya gini tapi Dy gak mau liat papa mama sedih dan nangisin Dy pa, ma. Dy sayang papa mama banget. Dy gak mau yaa liat papa mama sedih lagi, nangis lagi, dan selalu nyalahin diri papa dan mama sendiri. Ini bukan salah siapa-siapa tapi memang ini yang harusnya terjadi, ini yang dikehendaki Tuhan pa, ma. Dy sayang kalian.
Buat kakak dan adek, kalian bisa juga toh nangisin gua? Jangan sok sedih lah kalian ini, gak pantes tau! Jeleknya keliatan deh haha. Kalian gak nakalin papa mama lagi kan? Jangan nakal yaa kasian tau mereka dah bosen liat kalian haha! Dy sayang kalian juga
Buat calon suamiku tersayang, jangan sedih beb, kamu kok jadi jelek nangisin aku gitu? Gak ganteng ih! Jangan nangisin aku lagi ya beb. Gak mau liat deh hehe! Beb, aku mau jadi pendampingmu seumur hidup aku. Selamanya disisimu, memeluk erat tubuhmu maafin aku selama ini menghilang dari peradaban bumi ni haha, aku gak mau kamu sakit hati setelah tau semuanya. Aku ijinin kamu jadi pendamping hidupku beb. Love you so much my beibyyy !
Maafin Dy yaa semuanya, Dy gak pebah cerita tentang penyakit ini. Ini udah Dy tau sejak SMA pa, ma, kak, dek, beb. Maafin Dy yaaa Dy sayang kalian semua, sayang banget. Tuhan berkati kalian. Bye-bye all. Salam buat semua ya.

Setelah menulis itu semua Dyra kembali tidur dengan memegang erat tangan Gredy yang tidur disamping tempat tidur Dyra, Dyra terlelap dalam kedamaian yang tenang dan abadi. Pagi harinya, Gredy sangat terkejut melihat tangannya digenggam oleh Dyra dan melihat surat di tangan Dyra. Gredy bergegas membangunkan papa, mama, kakak, dan adik Dyra, Gredy juga memanggil dokter untuk memeriksa Dyra kembali.
Maaf pak, denyut jantung Dyra tidakberjalan dengan baik. Bisakah kalian keluar sebentar? Saya akan memeriksa nona Dyra.” Kata dokter, dan para perawat pembantu segera membantu dokter.
Setelah menunggu tidak terlalu lama, dokter kembali keluar ruangan. “Maaf kami hanya bisa membantu sampai tahap ini. Selanjutnya Tuhan yang mengatur.” Ucap sang dokter.
Gredy segera berlari ke kamar inap Dyra, begitu juga dengan keluarga Dyra. Mereka tak percaya bahwa Dyra tak lagi menampakkan senyum manisnya di hadapan mereka. Gredy teringat dengan surat yang ada ditangan Dyra, Gredy segera memberikannya kepada orangtua Dyra. Setelah membaca semuanya Gredy merasa sangat terpukul, suasana berubah menjadi lebih dramatis, terdengar tangisan yang begitu menusuk jantung. Karena membaca surat dari Dyra, Gredy memutuskan untuk tetap menikahi Dyra, dan hal tersebut disetujui oleh orangtua Dyra. Sehingga Gredy menikahi wanita yang berparas cantik ini, menikahi Dyra yang jiwanya sudah meninggalkan dunia, yang sudah menjadi jenazah yang siap untuk diberkati jenazahnya. Akan tetapi, Dyra tidak pernah meninggalkan hati orang-orang yang mengasihinya. Sesudah Gredy menikahi Dyra melalui jenazahnya yang sudah hampir membiru, mereka langsung memakamkannya, dan Gredy tetap bahagia walaupun tidak melihat wajah bahagia Dyra atas pernikahan mereka.


♥♥♥ selesai ♥♥♥

Created By: Elisabeth Lentera Ayu Deo

1 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More